Sebagian besar masyarakat percaya dengan keberadaan dunia gaib yang dapat merasuki tubuh seseorang sehingga memicu terjadinya kerasukan. Meski dalam dunia medis kesurupan masuk dalam gangguan jiwa neurotik.
dr Prianto Djatmiko, SpKJ dari RS Jiwa Soeharto Heerdjan menuturkan orang yang paling berisiko kesurupan dapat terjadi pada orang yang memiliki status sosial ekonomi rendah.
"Hal ini dilihat dari psikososial individu masing-masing, seperti halnya stres tinggi dan kesulitan ekonomi. Namun sekali lagi tidak dapat digeneralisir," ujar dr Prianto, saat dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (23/1/2013).
Sementara itu ada pula yang mengungkapkan perempuan remaja lebih berisiko karena daya tahan mental yang masih kurang dibanding laki-laki, padahal tekanan hidup yang dihadapi misalnya di sekolah sama.
Praktisi hipnoterapi Soegiono menjelaskan kesurupan bisa terjadi bila believe bisa menembus antara pikiran sadar dan bawah sadar, yang artinya membuka ‘filter’ yang ada dalam diri manusia. Terbukanya filter manusia ini disebut introject.
"Kecenderungan kesurupan terjadi pada usia anak-anak dan remaja. Ini karena anak dan remaja paling rentan untuk mengadopsi berbagai memori dalam kehidupan dan mudah tersugesti. Berbeda dengan orang dewasa yang umumnya lebih sulit ditembus dengan introject," ujar Soegiono.
Meski begitu beberapa orang beranggapan perempuan lebih mudah terkena kesurupan dibanding laki-laki, seperti halnya jika terjadi kesurupan massal maka kebanyakan dialami oleh perempuan.
Beberapa spekulasi bermunculan, diantaranya karena struktur otak dan saraf antara laki-laki berbeda dengan perempuan yang membuat wanita sulit membedakan mana yang logis dan mana yang khayalan sehingga mudah terpengaruh.
Selain itu laki-laki memiliki kecenderungan berpikir logis, sedangkan perempuan lebih banyak melibatkan emosional, berkhayal dan juga berhalusinasi. Faktor-faktor ini yang diduga membuat perempuan cenderung lebih rentan mengalami kesurupan.