Penggunaan hipnotis untuk menyembuhkan trauma dipelopori oleh unit pemadam kebakaran di kota Alsace, Prancis bagian timur. Di pos pemadam kebakaran Haguenau ini, 120 pemadam kebakaran telah dilatih untuk melakukan hipnosis medis dasar agar dapat menenangkan seseorang yang terjebak di bawah reruntuhan atau berada di dalam mobil yang baru saja mengalami kecelakaan, bahkan pada seseorang yang mendadak mengalami serangan asma.
"Hipnoterapi melibatkan teknik verbal, gestural dan pernafasan yang bertujuan untuk meredakan rasa nyeri sekaligus kegelisahan pada korban kecelakaan, meski metode ini tak dapat menggantikan P3K tradisional," terang Cecile Colas-Nguyen, seorang perawat, anggota pemadam kebakaran, dan juga trainer hipnosis.
Jadi ketika tiba di TKP, tim pemadam kebakaran akan terbagi menjadi dua; sebagian bergegas membantu memindahkan korban yang terluka dari TKP atau mengurangi jumlah korban, lalu sebagian staf pemadam kebakaran yang telah dilatih hipnosis tadi akan memberikan bantuan personal kepada para korban, termasuk mengalihkan perhatian mereka dari trauma akibat kecelakaan yang baru saja dialaminya.
Untuk keperluan ini, setiap pemadam kebakaran diwajibkan berbicara dengan suara yang tenang dan teratur. Mereka juga harus menghindari penggunaan kata-kata negatif. Hal ini karena alih-alih memfokuskan perhatian pada rasa nyeri yang dialami korban, para pemadam kebakaran harus lebih memperhatikan kesejahteraan korban.
Manajer pos pemadam kebakaran Haguenau, David Ernenwein mengaku yakin bahwa metode ini bermanfaat bagi para korban yang mengalami trauma.
"Kami tahu betul ketika kami memegang tangan seseorang, maka keadaan menjadi lebih baik, bahkan jika kami tidak melabelinya sebagai 'hipnosis'. Hal pertama yang dapat kami lakukan untuk membantu orang-orang adalah menenangkan mereka, dan teknik ini telah memberi kami sarana untuk melakukannya, membantu mengurangi penderitaan yang dirasakan korban," katanya seperti dilansir NY Daily News, Kamis (27/6/2013).
Efektivitas teknik ini pun telah terbukti. Dalam enam bulan, tim pemadam kebakaran Haguenau diminta untuk merekam informasi mendetail seperti detak jantung dan tingkat nyeri atau emosi korban yang mereka bantu. Hasilnya akan dibandingkan dengan kondisi korban yang dibantu oleh petugas pemadam kebakaran yang tidak menggunakan hipnosis.
"Evaluasi pertama kami ini menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. 100 persen korban mengaku bisa terdistorsi dengan keberadaan pemadam kebakaran yang dilatih hipnosis ini. Dengan kata lain waktu yang dibutuhkan pemadam kebakaran untuk menanggulangi trauma korban terasa lebih pendek daripada yang sebenarnya," ungkap Colas-Nguyen.
Pemerintah pun optimis teknik ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh petugas pemadam kebakaran di penjuru Prancis.
"Kami telah lama mengetahui bahwa efek hipnosis itu nyata, bukan sekedar efek plasebo. Tapi yang diperlukan adalah orang-orang yang benar-benar terlatih. Disini tantangannya karena para kru hanya mendapatkan pelatihan singkat," tandas Stephane Donnadieu, salah satu petugas pemadam kebakaran yang mengikuti pelatihan hipnosis sekaligus penasihat direktorat operasi penyelamatan Prancis.